JAKARTA – Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Pertanian, Sam Herodian, buka suara terkait pencopotan Wahyu Suparyono dari jabatan Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog pada awal Februari lalu.
Wahyu, yang baru menjabat kurang dari lima bulan sejak 10 September 2024, diganti oleh Mayor Jenderal Novi Helmi Prasetya pada 7 Februari 2025.
Menurut Sam, penggantian tersebut disebabkan Wahyu belum bisa mengikuti irama dan kecepatan untuk mengejar target-target pemerintah.
“Ya contoh, mohon maaf ya. Bulog kemarin juga belum bisa mengikuti irama, jadi terpaksa dicari yang bisa mengikuti irama kecepatan sekarang,” ujarnya di Hotel Shang-ri La, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
Ia juga menyinggung soal proses pengadaan pupuk yang memiliki aturan teknis sangat rumit sehingga penyalurannya membutuhkan waktu panjang dan mengganggu produktivitas beras.
Pengadaan pupuk, kata Sam, harus sesuai dengan 145 aturan dari tingkat menteri koordinator hingga desa. Karena itu, Presiden Prabowo Subianto meminta agar regulasi tersebut disederhanakan.
Tujuannya, agar penyaluran pupuk hanya dilakukan melalui 1 pintu, yakni Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman.“Nah sekarang cukup satu tanda tangan Menteri Pertanian, pupuk langsung sampai ke petani,” katanya.
Sebagai informasi, selain Mayjen Novi Helmy Prasetya yang menggantikan Wahyu Suparyono sebagai Dirut Perum Bulog juga mendapat kenaikan pangkat menjadi jenderal bintang tiga atau Letjen, serta menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Akademi TNI.
Pengangkatan ini termaktub dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-30/MBU/02/2025 yang diterbitkan pada 7 Februari 2025.