MAKASSAR – Dinamika politik di pemilihan gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan (Sulsel) makin dinamis menjelang pendaftaran pasangan calon (paslon) di KPU. Pakar politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Sukri Tamma menilai Pilgub Sulsel berpotensi 3 poros jika tak ada paslon yang memborong partai dengan membentuk koalisi gemuk.
“Kalau kita menghitung-hitung dari perkembangan terkini, di atas kertas berpotensi tiga pasang calon. Tapi dengan catatan tidak ada yang memborong partai terlalu banyak. NasDem bisa mengusung sendiri, kalau yang lain terbagi. Jadi masih sangat mungkin bisa ada dua pasangan calon lagi,” ujar Sukri kepada detikSulsel, Jumat (12/7/2024).
Terbaru, kata Sukri, Gerindra mendorong kadernya yang merupakan Ketua DPD Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras (AIA) untuk bertarung sebagai calon gubernur. Gerindra memiliki modal 13 kursi sehingga hanya butuh tambahan 4 kursi lagi agar bisa membentuk koalisi.
“Pernyataan pihak AIA yang ingin maju masih kita tunggu apakah betul maju sebagai 01 atau 02. Karena masih terbuka opsi itu, karena tentu parpol tak akan memaksakan memajukan kader kalau posisinya lemah atau tidak punya potensi untuk bersaing,” jelas Sukri.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas ini menilai keputusan Gerindra nantinya akan memengaruhi konstelasi di Pilgub Sulsel. Apalagi jika AIA dipastikan maju sebagai calon gubernur.
“Kalau (AIA) didukung penuh oleh partainya tentu memang akan memberikan efek pada konstelasi kandidat lain dan parpol-parpol dalam menentukan arah koalisinya. Hal itu juga akan ditentukan dengan partai apa Gerindra berkoalisi dan dengan siapa AIA disandingkan,” jelasnya.
Sementara jika AIA maju ditugaskan DPP Gerindra harus maju 01, maka kandidat lain diprediksi akan menghitung ulang peluangnya. Bagi kandidat yang memaksakan untuk diusung Gerindra terpaksa harus legawa jadi 02. Itupun jika Gerindra atau AIA setuju menggendongnya.
“Ini akan jadi konsen betul bagi kandidat lain misalnya Danny Pomanto, IAS, kandidat selama ini secara wacana mau 01. Kalau kandidat lain memaksakan untuk diusung Gerindra maka harus legawa jadi wakilnya Andi Iwan,” katanya.
“Kalau masing-masing memilih berpasangan dengan figur lain tanpa memaksakan diusung Gerindra jadi 3 pasangan calon sangat berpotensi,” tambah Sukri.
Meski demikian, figur lainnya yang selama ini akan maju calon gubernur (cagub) seperti Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto dan mantan wali kota Ilham Arief Sirajuddin (AIS) tetap punya alternatif lain. Mereka bisa mencari rekomendasi dari partai selain Gerindra.
“Mereka memperkuat negosiasinya dengan partai lain dengan asumsi Andi Iwan tidak bisa tidak, harus 01. Meskipun nanti hasil finalnya ada di DPP, tapi sejauh ini sikap AIA itu mendorong dinamika pilgub lebih dinamis dari segi asumsi-asumsi koalisi,” ungkapnya.
Pada akhirnya, lanjut Sukri, figur-figur yang ada selama ini akan dihadapkan pada beberapa pilihan. “Yakni tetap memaksa 01 tapi tanpa Gerindra atau menghitung kembali asal partainya cukup, atau legowo jadi 02 jika memaksakan Gerindra,” jelasnya.
Diketahui, Danny Pomanto sejauh ini mengklaim kursinya sudah cukup untuk bertarung. Satu parpol disebut akan menyatakan mengusungnya dalam waktu dekat usai Danny terlebih dahulu mendapat dukungan dari PDIP dan PPP.
Sedangkan Andi Sudirman Sulaiman yang akan berpasangan dengan Fatmawati Rusdi telah lebih dahulu diproklamirkan oleh NasDem. Berbekal 17 kursi, NasDem bisa mengusung Andi Sudirman-Fatma tanpa berkoalisi.
Sisa Golkar partai dengan perolehan kursi signifikan yang belum menentukan sikap. Golkar hanya butuh tambahan 3 kursi untuk bisa membentuk koalisi. DPD Golkar Sulsel sebelumnya memprediksi usungannya di Pilgub Sulsel akan diputuskan akhir Juli.