oleh

Habis MK Terbitlah KPU (Kelanjutan Paman Usman)

Penulis : Dahono Prasetyo

Saking yakinnya Pilpres dimenangkannya dalam satu putaran, Prabowo memandang tidak perlu melakukan safari kampanye dari kota ke kota.

Selain kemampuan fisik Prabowo yang pas-pasan, cawapres pasangannya juga bukan “singa podium”

Pidato Gibran dihadapan ribuan pendukungnya hanya mengulang kalimat : “Saya sudah disini…saya sudah disini..”

Bagi mereka podium dan acara diskusi adalah “neraka” sekaligus retorika politik. Bukan lagi saatnya berbicara visi misi, saat keduanya juga tidak punya visi misi.

Ketika infrastruktur Pemilu sudah di bawah kendali mereka, maka 50% plus 1 menjadi hitungan ilmu pasti matematika.

Untuk apa juga acara debat capres cawapres kalau hasilnya justru menjadi sumber blunder mereka berdua.

Kalau bisa ditiadakan saja, alasan apapun bisa dibuat. Akankah KPU menjadi Kelanjutan Paman Usman? Mereka berharap telunjuk sakti Jokowi bekerja di situ.

Paslon nomor urut 02 dengan icon imut-gemoy sudah memiliki jutaan pendukung berkarakter emosional, bukan mereka yang rasional.

Tanpa repot kampanye, merekalah tabungan massa selama 2 kali gagal nyapres.

Mereka kemudian bersatu dengan pendukung emosional yang ikut telunjuk dan Coat Tail Effect Jokowi sudah menikmati makan gratis dari Prabowo.

Guyuran dana tanpa batas kepada para pendukungnya membuat mereka tidak lagi rasional.

Ibarat kata pepatah gaul : Laper jadi galak, kenyang jadi bego mengilhami strategi Prabowo Gibran meraup suara.

Bikin perut mereka sekenyang-kenyangnya, maka apapun perintah akan dilakukan.

Bagaimana dengan strategi Ganjar Mahfud yang makin hari kian sibuk mengunjungi kantong-kantong suara. Dari kota ke kota, dari diskusi ke diskusi.

Mereka sedang mengumpulkan pemilih rasional yang masih waras melihat amburadulnya Pilpres.

Menjaga kewarasan mereka, menularkan kepada yang lain hingga ke bilik suara. Lalu mengawalnya sampai penghitungan.

Lupakan penggiringan opini, data lembaga survey dadakan dan buzzer medsos. Bahwa jumlah mereka yang waras sebenarnya cukup untuk menang satu putaran, tanpa cawe-cawe Jokowi.