oleh

Harga Beras Naik,Mayarakat Menengah Kebawah Menjerit!

Harga Eceran Tertinggi (HET) beras, khususnya beras Bulog Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kembali naik menjadi Rp12.500/kg yang sebelumnya Rp10.900/kg.

Siapa diuntungkan dengan kenaikan beras ini? Mulai 1 Mei 2024 lalu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menaikkan HET beras.

Wakil Pimpinan Wilayah Bulog Sulselbar, Budi Sultika menyampaikan, relaksasi harga yang ditentukan Bapanas ini adalah kebijakan nasional.

Pihaknya kata dia, hanya melaksanakan perintah dari Bapanas. BACA JUGA: Kata Dirut PT Food Station, Cuaca Jadi Penyebab Harga Beras Naik Menurutnya, kenaikan HET ini untuk menjaga harga gabah di kalangan petani di tengah musim panen berlangsung.

“Kenaikan HET ini menjaga harga beras di musim anen. Biasanya, kalau orang panen, harga gabahnya jatuh, berasnya jatuh. Kenapa dinaikkan, karena Sulsel dan daerah lainya kan lagi panen.

Harga jualnya naik, berarti pabrik harga belinya naik terus Bulog pun kalau harga beli Beras kita PSO itu naik dari sebelumnya itu Rp9.550 menjadi Rp11.000 ke petaninya pada saat kita penyerapan.

Nah yang diinginkan pemerintah, seperti itu,” jelas Budi saat ditemui di kantornya, Rabu, 8 Mei 2024. Walau begitu, ia tak membantah jika kenaikan harga beras ini berefek pada konsumen.

Budi mengaku, bahwa kenaikan ini sudah dihitung secara baik oleh Bapanas. Selain itu kata Budi, pemerintah memberikan bantuan pangan kepada orang yang tak mampu.

Hitungan inflasi itu pasti sudah dihitung oleh Bapanas, sudah menjadi bagian kenapa harga  itu Rp12.500, pasti teman-teman Bapanas sudah menghitung.

Kedua terhadap masyarakat berpenghasilan rendah itu kan sudah ada bantuan pangan itu dibagikan 10 kg per kepala keluarga, per bulan hingga Juni,” terang Budi.

Eks Kepala Cabang Bulog Cirebon ini juga menyampaikan, kenaikan ini tak hanya berdampak ke orang yang kurang mampu, tapi untuk semua orang.

Sementara itu, Kepala Bulog Cabang Makassar, Karmila Hasmin Marunta menyampaikan, kenaikan harga ini dapat membantu petani yang selama ini berteriak soal harga beras yang murah.

“Kita tidak bisa hanya melihat dari sisi konsumen, tapi juga dari produsen, karena di produsen petani selalu mengatakan harganya sangat rendah.

Jadi imbas kenaikan harga ada pasti kenaikan harga dari produsen. Harapannya masyarakat bisa memahami, disisi konsumen naik, di sisi petani sejahtera,” tandasnya.

Terpisah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Hamid Paddu mengatakan, adanya kenaikan ini tak terlalu berpengaruh pada konsumen, dia bilang kenaikan harga beras dinilai seimbang antara petani dan masyarakat.

“Pertimbangannya adalah kalaupun harganya naik tidak akan mempengaruhi masyarakat, ini tujuannya agar harga tetap berada pada keseimbangan.

Jadi dengan kenaikan ini, dengan menyesuaikan kenaikan rata-rata penghasilan masyarakat. Kenaikan harga ini sudah bisa dicover dengan kenaikan pendapatan, kenaikan gaji dan kenaikan itu memperbaiki penghasilan petani,” terangnya.

“Jadi dampaknya ada dua sisi. Dampak adalah tentu berharap akan meningkatkan penghasilan para petani itu sangat baik, karena selama ini petani kan selalu tertinggal.

Dengan menaikkan harga eceran itu akan menaikkan juga harga eceran sehingga dampaknya berpenghasilan kepada petani,” tambah Prof Hamid.

Namun, yang paling merasakan kenaikan ini tentu saja tak bisa dipungkiri adalah orang yang tak punya penghasilan tetap.

Tapi yang bisa berdampak adalah masyarakat menengah bawah yang tingkat pendapatan rendah. Kalau harga beras naik mereka akan berdampak.

Bagi masyarakat yang tidak berkemampuan dengan kenaikan harga itu, tentu mereka harus dapat kebijakan khusus seperti subsidi atau bantuan,” pungkas Prof Hamid.