TIMESULSEL.COM,SENGKANG ( SULSEL ) — Di tengah musibah yang menimpa dunia akibat penyakit Corona, Kabupaten Wajo di hebohkan oleh bencana alam yang banyak menelan kerugian baik material maupun jiwa.
Dalam kesempatan itu juga Kadis pertanian dan ketahanan pangan, Ir. Muh. Ashar, menyampaikan bahwa dampak dari banjir terdapat 3 nelayan yang menjadi korban satu diantaranya dinyatakan hidup sementara dua masih dalam penelusuran,” jelas Muh. Ashar
Lebih Lanjut Dia, hingga tanggal 8 belum dapat ditemukan.
Dalam hitungan sementara kerugian yang disebabkan dari bencana banjir utamanya bidang pertanian’menelan kerugian hingga 250 M, Karena itu untuk tetap maksimalkan pendapatan petani pemerintah harus berani mengambil kebijakan yang cepat yaitu melakukan perbaikan sungai.
” Dan hal ini memerlukan perhitungan yang matang dengan anggaran yang besar. Bila tidak tahun kemudian banjir tetap menjadi ancaman di kabupaten Wajo ” tambahnya
Sementara Wakil Bupati Wajo , Haji Amran, SE. Bahwa banjir tahun sebelumnya harus menjadi pelajaran oleh pemerintah Kabupaten Wajo. Dalam keterangan pers yang disampaikan oleh wakil bupati Wajo’ bahwa Wajo sudah 10 tahun berturut-turut mendapat kasus yang sama.
” Namun anehnya’ kejadian 10 tahun tidak dijadikan sebagai pelajaran, seolah-olah pemerintah tidak punya kekuatan untuk memikirkan dampak banjir. Namun pemerintah panjang lebar menjelaskan perbaikan di Hulu menanami kembali hutan atau tanaman perkebunan.
Pemerintah secara rinci sudah mengetahui setiap tahun bencana banjir akan menjadi ancaman, namun sebaiknya sungai yang diperbaik perlu ada upaya air sungai tetap berjalan pada alurnya Tidak Menyebrang di pemukiman penduduk dan sawah masyarakat.
Artinya ada upaya dari pihak pemerintah untuk memperbaiki dan melakukan perencanaan yang matang untuk memperbaiki sungai, namun hal ini sangat perlu juga di lakukan penghijauan di Hulu, karena bila hanya sungai yang di perioritaskan tanpa ada penghijauan maka keseimbangan alam tetap tidak bisa, ” tambahnya.
Reporter Wahyuddin.